Seperti Melihat Pelangi

Lu sih enak kerja punya jabatan dapat gaji tetap bulanan, kalo gua buka usaha ngga jelas kadang laku kadang ngga.
Ya.. enakan elu punya banyak waktu bisa kumpul sama keluarga setiap hari, mau jalan2 kapan aja juga bisa ngga harus nunggu tanggal merah, dapet duit tiap hari ngga perlu nunggu bulanan kayak gue.

Itulah sekilas percakapan saya dengan Mpok Ipat, saudara saya yang punya usaha agen minuman. Usianya lebih tua setahun dari saya, kami satu angkatan di SD dulu.
Dari kecil dia sudah diajarkan berdagang, sepulang sekolah dia sudah bantu2 orangtuanya di toko. Setelah lulus SMA dia sudah dipercaya untuk mengelola toko.

Setelah ayahnya meninggal dia dan ibunya yang kelola toko tersebut. Untuk gas, aqua, teh botol, coca cola dan sejenisnya adalah dagangan ibunya sedangkan mpok Ipat dagangannya adalah minuman anak2 sejenis arinda dan lain2 yang banyak sekali macamnya. Ibunya hanya menerima laporan keuangan setiap bulan, jadi total toko dia yang kelola sendiri.

Pusing gua katanya, persaingan agen minuman daerah sini (daerah kami) gila2an. Banyak agen2 baru bermunculan dan mereka nggak segan2 jual dengan harga modal, mereka hanya mendapatkan untung bonus dari distributor. Gue ikutin aja permainan mereka, mereka jual modal gue ikut jual modal akhirnya bangkrut juga tuh mereka, Alhamdulillah gue bisa bertahan, katanya dengan perasaan bahagia.

Dulu gue bisa untung satu dus minuman 1ooo perak (1000 rupiah), sekarang gue cuma bisa untung 200 perak per dus, itu juga banyak pelanggan yang minta diskon. (saya hanya bengong saja saking seriusnya mendengar cerita ini). Untung 200 perak saja per dus sebulan bisa untung 4jt kalo musin panas dan 2jt kalo musim hujan.

Kenapa ngga pinjem uang saja ke bank buka cabang lagi, tanya saya. Gue belum berani jawabnya. Sudah banyak pihak bank yang nawarin sampe yang tanpa agunan bunganya gede banget, lanjutnya lagi. Dia juga cerita sekitar 2 bulan yang lalu sempat drop ngga mau jualan lagi, rumah tangga gue sudah hancur katanya. Tapi banyak yang dateng ke gue kasih support, akhirnya gue bangkit lagi. Rumah tangga gue sudah hancur, masa usaha gue yang sudah gue rintis bertahun2 harus hancur juga gue harus kuat katanya. Ya.. saya melihat semangatnya yang membara, karena dia juga harus menghidupi 2 anaknya yang masih kecil2.

Dulu modal untuk jadi agen minuman berapa, tanya saya ingin tahu lagi. Gue modal nol, sewaktu gue jagain toko ada distributor yang nawarin nitip barang di toko gue. Awalnya dia nitip 20 dus, satu minggu dagangan sudah habis trus dia nitip lagi begitu seterusnya sampe 3 bulan. Karena dilihat dagangan gue lancar trus di tambahin barangnya 100 dus, nah mulai dari situ banyak distributor yang dateng ke gue karena melihat dagangan gue penuh di toko. Yah.. modal gue bener2 nol kata dia.

Itulah sedikit cerita pertemuan kami sabtu kemarin. Selama ini saya melihat enaknya saja dalam usaha dia ternyata perjalanan bisnisnya penuh batu dan terjal, penuh onak dan duri, penuh dengan persaingan. Dia juga melihat saya selama enak saja, dari mulai sekolah mulus2 saja sampai kuliah dan dapet kerja. Padahal tidak seperti yang dia bayangkan juga.

Itulah pelangi, kita selalu melihatnya di atas kepala orang lain tidak pernah di atas kepala sendiri.
Semoga bermanfaat.

Salam,

Nur alam
Seperti Melihat Pelangi Seperti Melihat Pelangi Reviewed by nur alam on 9:15 AM Rating: 5
Powered by Blogger.